Minggu, 31 Mei 2015

Nasihat Usman bin Affan Kepada yang Ingin Menikah

Kota Delta Mas, 12 Syaaban 1436 / 31 Mei 2015
EDISI XI
Assalamualaikum wr. wb.
 
 
menikah
MENIKAH merupakan tuntunan agama, sunnah Nabi yang mulia, cara efektif menghindar dari zina, juga di dalamnya terdapat kenikmatan yang tiada tara. Tentu bagi para pemuda yang telah siap, menikah sangatlah dianjurkan. Apalagi mengingat zaman sekarang penuh dengan berbagai macam fitnah yang melenakan.

Kanan kiri banyak wanita yang gampang mengumbar aurat, tanpa mereka sadari itu adalah perbuatan maksiat. Padahal dari rahim mereka kelak lahir para pembesar umat. Dari didikannya pula lah yang diharapkan mampu mencetak generasi taat terhadap nilai-nilai syariat.

Pernikahan memang bukan hal yang sepele. Ada hal-hal tertentu yang mesti kita siapkan sebelum menaiki tangga kebersamaan. Memang bukan hal yang juga mudah untuk dilaksanakan, tapi bukan pula hal yang sulit kalau mau diniatkan. Semua pasti ada jalan.

Niatkan menikah karena Allah Ta’ala, insya Allah akan ada berkah di dalamnya. Jangan hanya sekedar memilih yang cantik paras dan banyak hartanya. Ada yang lebih penting dari pada itu semua, yakni faktor keturunan dan juga agamanya.

Amirul mukminin Ustman bin Affan pernah berpesan kepada anak-anaknya, “wahai anak-anakku, sesungguhnya orang yang hendak menikah itu bagaikan orang yang hendak menyemai benih. Maka hendaklah ia memerhatikan dimana ia akan menyemainya. Dan ingatlah bahwa (wanita yang berasal dari) keturunan yang buruk jarang sekali melahirkan keturunan yang baik. Maka, pilih-pilihlah terlebih dahulu meskipun sejenak.”

Jelaslah bahwa bibit, bebet, bobot calon pasangan kita perlu juga diperhatikan, meskipun sejenak. Karena dari pernikahan itu, kita semua mengharapkan adanya kebaikan. Kebaikan dalam setiap sisi masing-masing pasangan.

Tentunya pula dalam sebuah pernikahan kita menginginkan dikarunia-i putra/putri yang baik perangainya, baik agamanya. Oleh karena itu sebelum menikah perhatikanlah hal-hal yang menjadi hak anak kita kelak. Bukankah Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa Hak anak terhadap orang tuanya ada tiga, dan salah satunya adalah memilihkan calon ibu yang baik bagi anaknya kelak.
Semoga, ini dapat dijadikan pelajaran bagi siapapun ketika hendak melangkah menuju jenjang pernikahan.

Wassalamualaikum wr. wb.
 
Oleh : Mustaqim Aziz, @mustaqimaziz2

17 Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsha

Kota Delta Mas, 12 Syaaban 1436 / 31 Mei 2015
EDISI XI
Assalamualaikum wr. wb.
 
Sekumpulan Yahudi dikabarkan telah menyerbu area Masjidil Aqsha dari sisi barat Pintu al Maghariba pada Ahad (31/5/2015).

serbu

Beberapa media menyebutkan bahwa lebih dari 17 Yahudi menyerbu area Masjidil Aqsha dan mereka berjalan-jalan di area masjid. Mereka menyebut ini sebagai bagian dari tour penyerbuan pagi, dengan mendapatkan perlindungan ketat dari polisi Israel. Aksi penyerbuan ini dihadang dengan teriakan takbir dari para jamaah Masjidil Aqsha.

Disebutkan bahwa polisi Israel menahan identitas para wanita Palestina di gerbang-gerbang masuk Masjidil Aqsha dan menyerahkan kepada mereka kartu khusus. Gunanya adalah memudahkan penangkapan mereka sekaligus untuk memudahkan menuduh mereka “menghalangi kerja polisi dan bertakbir”. Hal yang sama juga dilakukan polisi Israel kepada warga Palestina yang bersiaga di dalam Masjidil Aqsha.
 
Wassalamualaikum wr. wb.
SC: ISLAM POS

Orientasi Hidup Generasi, Mau Dibawa Kemana?

Kota Delta Mas, 12 Syaaban 1436 / 31 Mei 2015
EDISI XI
Assalamualaikum wr. wb.

Maraknya ajang pencarian bakat akhir-akhir ini banyak menyita perhatian masyarakat dari berbagai kalangan. Hampir setiap hari masyarakat disuguhi tayangan-tayangan rendahan yang sengaja dibuat demi mengalihkan perhatian mereka dari persoalan serius negeri ini yang menuntut adanya solusi.
Bukti kesuksesan tayangan-tayangan tersebut adalah bergesernya orientasi masyarakat kita menjadi pemikiran yang hanya berorientasi pada kesenangan duniawi diri mereka sendiri. Dan hasilnya muncullah sifat individualis dan egois di tengan-tengah mereka. Mereka tak lagi memikirkan solusi dari kasus kenaikan pangan yang menyengsarakan, pergaulan remaja yang semakin menggila, prostitusi yang menjadi-jadi dan berbagai persoalan lainnya.

Yang terpenting adalah mereka merasa puas ketika kebutuhan sudah tercukupi. Serta berpikiran bahwa pemerintah lah yang wajib bertanggung jawab untuk mengatasi persoalan negeri ini. Inilah bukti penjajahan pemikiran yang sengaja disuntikkan kepada masyarakat kita.

Dan lagi-lagi baratlah yang menjadi dalang dalam upaya penghancuran generasi dengan menggeser nilai orientasi pada diri mereka. Barat menginginkan agar masyarakat negeri ini, khususnya muslim, terjauh dari nilai-nilai yang berorientasi islam menuju budaya sekuler dan menjadikan barat sebagai satu-satunya kiblat bagi masyarakat negeri ini. Sungguh barat akan melakukan berbagai cara guna menjaga kepentingan-kepentingannya di negeri-negeri muslim, dan ia tak akan rela apabila umat muslim bangkit dan bersatu.

Sebenarnya syariat islam sudah menawarkan solusi berupa aturan yang lengkap atas berbagai permasalahan yang menimpa negeri ini. Kebenarannya sudah teruji selama-berabad-abad. Ketika syariat islam diterapkan secara sempurna dalam bentuk negara khilafah, maka tidak ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh islam.

Jadi untuk menerapkan islam dalam bentuk khilafah hendaklah ada masyarakat yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang berorientasi pada nilai-nilai islam dan sadar bahwa islam adalah solusi. Yang berkeinginan islam untuk di terapkan.

Untuk menciptakan masyarakat tersebut hendaklah ada sebagian muslim yang memiliki kesadaran politik yang berorientasi islam (dalam islam politik berarti mengurusi urusan umat). Yang sadar akan persoalan yang menimpa masyarakat saat ini dan faham bagaimana islam memberikan solusi. Dan tentunya sebagian umat muslim tadi haruslah melakukan dakwah (menyeru orang lain pada kebaikan) sebagai wujud dari aktivitas politiknya.

Wassalamualaikum Wr. Wb
 
Oleh : Natalia Indah Sari, Pelajar-Ngrambe
SC : ISLAM POS

Amalan Malam dan Puasa Nisfu Sya’ban, Adakah Tuntunannya?

Kota Delta Mas, 12 Syaaban 1436 / 31 Mei 2015
EDISI XI

Assalamualaikum wr. wb.

Nisfu artinya pertengahan, maka malam Nisfu Sya’ban artinya malam pertengahan bulan Sya’ban. Kalau dirujuk kepada kalender Hijriyah, maka malam itu jatuh pada tanggal 14 Sya’ban karena pergantian tanggal sesuai penanggalan Hilaliyah atau yang meggunakan patokan rembulan adalah saat matahari terbenam atau  malam tiba.

Benarkah ada tuntunan dari Rasulullah di malam ini?
Sesungguhnya Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku tidak pernah sekali pun melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali (pada) bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau (banyak berpuasa -ed) dalam suatu bulan kecuali bulan Sya’ban. Beliau berpuasa pada kebanyakan hari di bulan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari: 1868 dan HR. Muslim: 782)

Dalam hadits yang lain, Usamah bin Zaid berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa dalam beberapa bulan seperti puasamu di bulan Sya’ban. Beliau menjawab, ‘Itu adalah satu bulan yang manusia lalai darinya. (Bulan itu adalah) bulan antara Rajab dan Ramadan, dan pada bulan itu amalan-amalan manusia diangkat kepada Rabbul ‘alamin, maka aku ingin supaya amalanku diangkat pada saat aku berpuasa.’ ” (HR. an-Nasa’i: 1/322, dinilai shahih oleh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil: 4/103)

Adapun pengkhususan hari-hari tertentu pada bulan Sya’ban untuk berpuasa atau qiyamul lail, seperti pada malam Nisfu Sya’ban, maka hadits-haditsnya lemah bahkan palsu. Di antaranya adalah hadits:
“Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berkata, ‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia. Adakah demikian dan demikian?’ (Allah mengatakan hal ini) sampai terbit fajar.” (HR. Ibnu Majah: 1/421; HR. al-Baihaqi dalam Su’abul Iman: 3/378)

Hadits ini dari jalan Ibnu Abi Sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits ini adalah hadits maudhu’/palsu, karena perawi bernama Ibnu Abi Sabrah tertuduh berdusta, sebagaimana dalam Taqrib milik al-Hafidz. Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkata tentangnya, “Dia adalah perawi yang memalsukan hadits.”

Maka dari sini kita ketahui bahwa hadits tentang fadhilah (keutamaan –ed) menghidupkan malam Nisfu Syaban dan berpuasa di siang harinya tidaklah sah dan tidak bisa dijadikan hujjah (argumentasi). Para ulama menyatakan hal itu sebagai amalan bid’ah dalam agama. [Lihat Fatawa Lajnah Da’imah: 4/277, fatwa no. 884]

Wassalamualaikum Wr. Wb.
SC: ISLAM POS

 

Sabtu, 23 Mei 2015

H-27 Ramadhan 1436 H

SAVE ROHINGYA

Sya'ban ala Rasulullah SAW (amalan-amalan sunnah dan tarbiyah imaniyah di bulan Sya'ban)

Kota Delta Mas, 04 Syaaban 1436 / 23 Mei 2015
EDISI X

Assalamualaikum wr. wb. 

Banyak di antara kaum muslimin yang terjebak dalam amalan-amalan bid’ah di bulan Sya’ban ini karena mereka mengamalkan hadits-hadits yang statusnya lemah, lemah sekali dan bahkan palsu. Padahal terdapat banyak hadits shahih yang menjelaskan dengan rinci bagaimana tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam mengisi bulan yang mulia ini.
Berikut ini kami sampaikan sekelumit tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam mengisi bulan Sya’ban dan beberapa persiapan yang selayaknya dilakukan oleh kaum muslimin dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Semoga bermanfaat dan selamat menikmati.

Bulan puasa sunnah

Bulan Sya’ban adalah bulan yang disukai untuk memperbanyak puasa sunah. Dalam bulan ini, Rasulullah SAW memperbanyak puasa sunah. Bahkan beliau hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau dua hari di akhir bulan saja agar tidak mendahului Ramadhan dengan satu atau dua hari puasa sunah. Berikut ini dalil-dalil syar’i yang menjelaskan hal itu:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
Dari Aisyah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi (puasa sunah) di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Dalam riwayat lain Aisyah berkata:
كَانَ أَحَبُّ الشُّهُورِ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَصُومَهُ شَعْبَانَ، ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ
“Bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW untuk berpuasa sunah adalah bulan Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan.” (HR. Abu Daud no. 2431 dan Ibnu Majah no. 1649)
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ : مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
Dari Ummu Salamah R.A berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi no. 726, An-Nasai 4/150, Ibnu Majah no.1648, dan Ahmad 6/293)
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis: “Hadits ini merupakan dalil keutamaan puasa sunah di bulan Sya’ban.” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari)
Imam Ash-Shan’ani berkata: Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya. (Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, 2/239)
Maksud berpuasa dua bulan berturut-turut di sini adalah berpuasa sunah pada sebagian besar bulan Sya’ban (sampai 27 atau 28 hari) lalu berhenti puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan, baru dilanjutkan dengan puasa wajib Ramadhan selama satu bulan penuh. Hal ini selaras dengan hadits Aisyah yang telah ditulis di awal artikel ini, juga selaras dengan dalil-dalil lain seperti:
Dari Aisyah RA berkata: “Aku tidak pernah melihat beliau SAW lebih banyak berpuasa sunah daripada bulan Sya’ban. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruh harinya, yaitu beliau berpuasa satu bulan Sya’ban kecuali sedikit (beberapa) hari.” (HR. Muslim no. 1156 dan Ibnu Majah no. 1710)
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadhan dengan puasa (sunah) sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali jika seseorang telah biasa berpuasa sunnah (misalnya puasa Senin-Kamis atau puasa Daud—pent) maka silahkan ia berpuasa pada hari tersebut.” (HR. Bukhari no. 1914 dan Muslim no. 1082)

Bulan kelalaian

Para ulama salaf menjelaskan hikmah di balik kebiasaan Rasulullah SAW memperbanyak puasa sunah di bulan Sya’ban. Kedudukan puasa sunah di bulan Sya’ban dari puasa wajib Ramadhan adalah seperti kedudukan shalat sunah qabliyah bagi shalat wajib. Puasa sunah di bulan Sya’ban akan menjadi persiapan yang tepat dan pelengkap bagi kekurangan puasa Ramadhan.
Hikmah lainnya disebutkan dalam hadits dari Usamah bin Zaid R.A, ia berkata: “Wahai Rasulullah SAW, kenapa aku tidak pernah melihat Anda berpuasa sunah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari bulan Sya’ban? Beliau SAW menjawab:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلى رَبِّ العَالمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عملي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunah.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah. Ibnu Khuzaimah menshahihkan hadits ini)

Bulan menyirami amalan-amalan shalih

Di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunah seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, beristighfar, shalat tahajud dan witir, shalat dhuha, dan sedekah. Untuk mampu melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqamah, kita perlu banyak berlatih. Di sinilah bulan Sya’ban menempati posisi yang sangat urgen sebagai waktu yang tepat untuk berlatih membiasakan diri beramal sunah secara tertib dan kontinu. Dengan latihan tersebut, di bulan Ramadhan kita akan terbiasa dan merasa ringan untuk mengerjakannya. Dengan demikian, tanaman iman dan amal shalih akan membuahkan takwa yang sebenarnya.
Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman.”
Beliau juga berkata: “Bulan Rajab itu bagaikan angin. Bulan Sya’ban itu bagaikan awan. Dan bulan Ramadhan itu bagaikan hujan.”
Barangsiapa tidak menanam benih amal shalih di bulan Rajab dan tidak menyirami tanaman tersebut di bulan Sya’ban, bagaimana mungkin ia akan memanen buah takwa di bulan Ramadhan? Di bulan yang kebanyakan manusia lalai dari melakukan amal-amal kebajikan ini, sudah selayaknya bila kita tidak ikut-ikutan lalai. Bersegera menuju ampunan Allah dan melaksanakan perintah-perintah-Nya adalah hal yang harus segera kita lakukan sebelum bulan suci Ramadhan benar-benar datang.

Bulan persiapan menyambut bulan Ramadhan

Bulan Sya’ban adalah bulan latihan, pembinaan dan persiapan diri agar menjadi orang yang sukses beramal shalih di bulan Ramadhan. Untuk mengisi bulan Sya’ban dan sekaligus sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, ada beberapa hal yang selayaknya dikerjakan oleh setiap muslim.

a. Persiapan iman, meliputi:

  • Segera bertaubat dari semua dosa dengan menyesali dosa-dosa yang telah lalu, meninggalkan perbuatan dosa tersebut saat ini juga, dan bertekad bulat untuk tidak akan mengulanginya kembali pada masa yang akan datang.
  • Memperbanyak doa agar diberi umur panjang sehingga bisa menjumpai bulan Ramadhan.
  • Memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban agar terbiasa secara jasmani dan rohani. Ada beberapa cara puasa sunah yang dianjurkan di bulan Sya’ban, yaitu: Puasa Senin-Kamis setiap pekan ditambah puasa ayyamul bidh (tanggal 13,14 dan 15 Sya’ban), atau puasa Daud, atau puasa lebih bayak dari itu dari tanggal 1-28 Sya’ban.
  • Mengakrabkan diri dengan Al-Qur’an dengan cara membaca lebih dari satu juz per hari, ditambah membaca buku-buku tafsir dan melakukan tadabbur Al-Qur’an.
  • Meresapi kelezatan shalat malam dengan melakukan minimal dua rakaat tahajud dan satu rekaat witir di akhir malam.
  • Meresapi kelezatan dzikir dengan menjaga dzikir setelah shalat, dzikir pagi dan petang, dan dzikir-dzikir rutin lainnya.

b. Persiapan Ilmu, meliputi:

  • Mempelajari hukum-hukum fiqih puasa Ramadhan secara lengkap, minimal dengan membaca bab puasa dalam (terjemahan) kitab Minhajul Muslim (syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi) atau Fiqih Sunnah (syaikh Sayid Sabiq) atau Shahih Fiqih Sunnah (Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim) atau pedoman puasa (Tengku Moh. Hasbi Ash-Shidiqi) atau buku lainnya.
  • Mempelajari rahasia-rahasia, hikmah-hikmah, dan amalan-amalan yang dianjurkan atau harus dilaksanakan di bulan Ramadhan, dengan membaca buku-buku yang membahas hal itu. Misal (terjemahan) Mukhtashar Minhjaul Qashidin (Ibnu Qudamah Al-Maqdisi) atau Mau’izhatul Mu’minin (Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi) atau buku-buku dan artikel-artikel para ulama lainnya.
  • Mempelajari tafsir ayat-ayat hukum yang berkenaan dengan puasa, misalnya dengan membaca (terjemahan) Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (Ibnu Katsir), atau Tafsir Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an (Al-Qurthubi), atau Tafsir Adhwa-ul Bayan (Asy-Syinqithi).
  • Mempelajari buku-buku akhlak yang membantu menyiapkan jiwa untuk menyambut bulan Ramadhan.
  • Mendengar ceramah-ceramah para ustadz/ulama yang membahas persiapan menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan.
  • Mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an sebagai persiapan bacaan dalam shalat Tarawih, baik bagi calon imam maupun orang yang shalat tarawih sendirian di akhir malam (tidak berjama’ah ba’da Isya’ di masjid).
  • Mendengarkan bacaan murattal shalat tarawih para imam masjid yang terkenal keahliannya di bidang tajwid, hafalan, dan kelancaran bacaan.

c. Persiapan dakwah, meliputi:

  • Menyiapkan materi-materi untuk kultum, taushiyah, ceramah, khutbah Jum’at dan dakwah bil lisan lainnya.
  • Membuat serlebaran, brosur, pamflet, majalah dinding, buletin dakwah dan lembar-lembar dakwah yang mengingatkan kaum muslimin tentang tata cara menyambut Ramadhan.
  • Mengikuti kultum, ceramah-ceramah, dan pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar kita (lingkungan masjid, tempat kerja, tempat belajar-mengajar) baik sebagai pemateri atau peserta sebagai bentuk persiapan dan pembiasaan diri untuk mengikuti kegiatan serupa di bulan Ramadhan.
  • Mengadakan pesantren kilat, kursus keislaman, islamic study dan acara-cara sejenis.

d. Persiapan Keluarga, meliputi:

  • Menyiapkan anak-anak dan istri untuk menyambut kedatangan Ramadhan dengan mengenalkan kepada mereka persiapan-persiapan yang telah disebutkan di atas.
  • Membiasakan mereka untuk menjaga shalat lima waktu, shalat sunnah Rawatib, shalat dhuha, shalat malam (tahajud dan witir), dan membaca Al-Qur’an.
  • Memberikan taushiyah /kultum harian jika memungkinkan.
  • Meminimalkan hal-hal yang melalaikan mereka dari amal shalih di bulan Sya’ban dan Ramadhan, seperti musik-musik dan lagu-lagu jahiliyah, menonton TV, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak membawa manfaat di akhirat.
  • Menyisihkan sebagian pendapatan untuk sedekah di bulan ini dan bulan Ramadhan.

e. Persiapan Mental

  • Menyiapkan tekad yang kuat dan sungguh-sungguh untuk:
  • Membuka lembaran hidup baru dengan Allah SWT, sebuah lembaran putih yang penuh dengan amal ketaatan dan berisi sedikit amal-amal keburukan
  • Membuat hari-hari kita di bulan Ramadhan tidak seperti hari-hari kebiasaan kita di bulan lain yang penuh dengan kelalaian dan kemaksiatan
  • Meramaikan masjid dengan melakukan shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid terdekat dan menghidupkan sunah-sunah ibadah yang telah lama kita tinggalkan, seperti: bertahan di masjid ba’da Subuh sampai terbitnya matahari untuk dzikir, tilawah Al-Qur’an, atau belajar-mengajar; hadir di masjid sebelum adzan dikumandangkan; bersegera ke masjid untuk mendapatkan shaf awal; menunggu kedatangan imam dengan shalat sunnah dan niat I’tikaf; dst.
  • Membersihkan puasa dari hal-hal yang merusak pahalanya, seperti bertengkar, sendau gurau dan perbuatan-perbuatan iseng yang sekedar untuk mengisi waktu tanpa membawa manfaat akhirat sedikit pun (main catur, main kartu, nongkrong bareng sambil menyanyi dan main gitar; dst)
  • Menjaga dan membiasakan sikap lapang dada dan pemaaf
  • Beramal shalih di bulan Ramadhan dan memulai banyak niat sedari sekarang. Seperti; niat bertaubat, niat membuka lembaran hidup baru dengan Allah, niat memperbaiki akhlak, niat berpuasa ikhlas karena Allah semata, niat mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sekali, niat shalat tarawih dan witir, niat memperbanyak amalan sunah, niat mencari ilmu, niat dakwah, niat membantu menolong dan menyantuni sesama muslim yang membutuhkan, niat memperjuangkan agama Allah, niat umrah, niat jihad dengan harta, niat I’tikaf; dst)

f. Persiapan Jihad melawan hawa nafsu

  • Mengekang hawa nafsu dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan keinginan hidup mewah, boros, kikir, dan menikmati makanan-minuman yang lezat atau pakaian yang baru di bulan Ramadhan
  • Membiasakan lisan untuk mengatakan perkataan-perkataan yang baik dan bermanfaat; mencegahnya dari mengucapkan perkataan-perkataan keji, jorok, menggunjing, mengadu domba, dan perkataan-perkataan yang tidak membawa manfaat di akhirat
  • Mencegah hawa nafsu dari keinginan untuk melampiaskan kemarahan, kesombongan, penyimpangan, kemaksiatan dan kezaliman
  • Membiasakan diri untuk hidup sederhana, ulet, sabar, dan sanggup memikul beban-beban dakwah dan jihad di jalan Allah
  • Melakukan muhasabah (introspeksi) harian dengan membandingkan antara program-program persiapan di atas dan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.
Inilah sekelumit amalan sunnah di bulan Sya’ban dan persiapan yang selayaknya dilakukan oleh kaum muslimin dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.
Semoga kita termasuk golongan yang bisa berniat, berucap, dan berbuat yang terbaik di bulan Sya’ban dan Ramadhan yang akan datang. Hanya kepada Allah SWT kita memohon petunjuk dan pertolongan.
Wallahu a’lam bish shawab..
Wassalamualaikum wr. wb.

Sumber : Arrahmah.com

Apakah Hukum Nikah ?

Kota Delta Mas, 04 Syaaban 1436 / 23 Mei 2015
EDISI X

Assalamualikum wr.wb.

Dalam syariat Islam, menikah memegang hukum sunnah. Hal ini dilandaskan berdasarkan hadits Rasulullah saw. sebagai berikut :
“ Tiga orang datang ke rumah para istri Rasulullah saw. Mereka ingin menanyakan dan mengetahui bagaimana ibadah keseharian Rasulullah saw.  Ketika mereka diberitahu perihal ibadah Rasulullah saw., mereka malah menganggapnya ibadah Rasulullah saw. dari segi kuantitas adalah sedikit. Mereka berkata : apalah artinya kita dibanding Rasulullah saw. Beliau sudah diampuni dosa – dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Maka berkatalah salah seorang diantara mereka : kalau begitu saya akan mengerjakan shalat tahajud selamanya (setiap malam). Yang lain berkata : kalau begitu saya akan berpuasa sepanjang tahun dan tidak berbuka. Dan yang lain berkata : saya tidak mau mendekati wanita (tidak mau menikah). Mendengar hal itu, Rasulullah saw. mendatangi mereka dan berkata : benarkah kalian mengatakan begini dan begitu? Demi Allah, saya lah manusia yang paling takut dan paling bertaqwa kepada Allah swt. daripada kalian, akan tetapi saya mengerjakan shalat dan tidur, berpuasa dan berbuka serta menikah. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan dari umatku”. (HR. Bukhari Muslim).
Dilihat dari hadits diatas dapat dipahami bahwa menikah berhukum sunnah apabila mereka dapat menahan hawa nafsu dan godaan dari syetan dan iblis yang terkutuk sehingga dapat terhindar dari perbuatan zinnah. Adapun bagi orang yang khawatir akan terjebak ke dalam dosa zinnah dan lingkaran syetan , maka hukum menikah bagi mereka adalah wajib.
Wassalamualaikum wr. wb.
Sumber : Islam Pos

Sabtu, 16 Mei 2015

Sukses Sejati, Bagaimana?

Sabtu 27 Rejab 1436 / 16 Mei 2015 
kiat-kiat-orang-sukses
SETIAP individu memandang sukses itu berbeda-beda. Ada yang melihat dari sisi materi, ada pula dari hasil karya yang telah diciptakan. Hanya saja, itu hanyalah bentuk dari kesuksesan yang dapat terlihat dari diri seseorang. Lalu, seperti apa sih sukses sejati itu?
Sukses sejati berarti berfungsinya motivasi, doa, usaha atau ikhtiar dan tawakkal dalam hakikat hidup manusia yang sesungguhnya. Demikian definisi sukses sejati menurut Gugun Gumilar, ketua staaf ahli bidang pendidikan dan agama.
Jadi, terdapat komponen-komponen yang membangun kesuksesan sejati. Hal yang pertama dikatakan bahwa harus adanya motivasi. Ya, motivasi, baik dalam maupun luar diri kita, itu sangat mempengaruhi kesusesan seseorang. Jika, seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk meraih kesuksesan, maka ia akan memiliki semangat yang tinggi.
Dibarengi dengan doa, maka akan semakin terasa mudah untuk meraih sukses. Doa merupakan kekuatan yang paling utama. Tanpa doa, mungkin kesuksesan itu terasa sulit untuk dicapai. Karena orang yang berdoa, berarti ia mengakui bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah, yang masih membutuhkan Dzat yang Maha Kuat dan hanya Allah-lah yang mampu membantunya mewujudkan impian.
Ketika kita memiliki motivasi yang kuat dibarengi dengan doa yang sungguh-sungguh, maka semangat untuk terus berusaha atau ikhtiar itu akan muncul pada diri kita dengan sendirinya. Melalui usaha itulah, kesuksesan dapat kita raih dengan hasil yang indah. Maksudnya, orang yang berusaha dengan kesugguhan hati dan tekadnya, maka hasil yang akan didapat menjadi lebih bermakna dalam sejarah hidupnya.
Hal yang terakhir dalam meraih kesuksesan sejati ialah bertawakkal kepada Allah. Seperti layaknya bola, ia rela dibawa ke sana, ke mari oleh orang yang memilikinya. Bola tidak akan pernah melawan ketentuan dari pemiliknya itu. Itulah makna dari tawakkal.
Tawakkal ialah berserah diri kepada Allah. Segala ketentuan yang Allah berikan, kita harus menerimanya, karena Dia-lah pemilik kita, dan Dia berhak menentukan apa pun atas kita. Hanya satu yang harus kita ingat, yakni bahwa ketentuan yang Allah berikan untuk kita pasti menjadi sesuatu yang terbaik bagi diri kita. Karena Allah mengetahui sesuatu yang tidak dapat diketahui oleh makhluknya.
Begitu pun pemilik bola, tentu akan mengarahkan bola itu agar masuk ke dalam gawang. Tidak mungkin iya menendang bolanya ke arah yang salah.
Keempat hal itu harus berfungsi dengan baik dalam hakikat hidup manusia yang sesungguhnya. Karena antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Dan kesuksesan sejati akan mudah untuk diraih jika mengamalkan itu semua. Wallahu ‘alam. 

Source: Islam Pos

Jangan Sepelekan Penyakit Hati

Sabtu 16 Rejab 1436 / 16 Mei 2015

HATI adalah pemimpin kerajaan yang bernama tubuh manusia. Lidah tunduk pada perintah hati. Begitu juga dengan segala tindakan yang disengaja. Maka jelaslah, apabila hati sakit dan tidak bisa dikendalikan, ucapan dan perbuatan orang-orang itu akan benar-benar terganggu.
Ia akan melakukan perbuatan yang tidak sepatutnya dan melontarkan sumpah serapah, dan tindakannya ini bertentangan dengan fitrah. Orang semacam ini akan meninggalkan kemanusiaannya dan keluar dari jalan agama. Jadi, dosa apapun yang dilakukan seseorang, itu berkaitan dengan gangguan spiritual. Karena itulah, akal mengarahkan dan agama memerintahkan kita untuk berusaha sekuat tenaga menyembuhkan penyakit hati. Kita harus lebih memerhatikan kesejahteraan hati kita.
Ketika hati dalam kondisi yang buruk, tubuh akan terkena dampaknya. Pasukan akan berbuat zalim bila raja dalam kondisi lemah. Amirul Mukminin Ali as bersabda, “Ahli makrifat memandang makhluk duniawi lebih peduli akan kematian fisik. Padahal yang lebih serius adalah kematian hati selagi tubuh mereka masih hidup.
Kematian fisik membuat orang tidak bisa menikmati kelezatan duniawi selama beberapa waktu.Kenikmatan itu juga disertai dengan ribuan ketidaknyamanan. Namun, kematian hati dan kesadaran menjauhkan seseorang dari kebaikan selamanya. Kelezatan abadi nan murni akan berpaling  darinya dan ia tidak bisa menjalani kehidupan yang murni sebagai seorang manusia, baik di dunia ini, ataupun di akhirat.
Karena itulah, kita tidak boleh menganggap enteng penyakit spiritual dan tidak boleh bersikap lalai untuk menyembuhkannya. Seperti halnya kelalaian tidak selaras dengan penyakit fisik, akal pun memerintahkan kita untuk mencurahkan perhatian besar terhadap penyakit spiritual, karena bahayanya lebih besar. Penyakit fisik berujung dengan kematian, sedangkan penyakit spiritual membuat  orang terhina untuk selamanya. [hr/islampos]
Sumber: Belajar Mencintai Allah/Penulis: Prof. S. A. H. Dastaghib Shirazi/Penerbit: Pustaka IIMaN

Ini Dia Ciri-ciri Rumah dan Masjid Syiah Rafidhoh


Kota Deltamas, 27 Rajab 1436 H / 16 Mei 2015
EDISI IX

Assalamualikum wr.wb.


supreme-leader_56


CIRI atau tanda yang cukup kentara pada penganut Syiah Rafidhoh adalah kebencian dan cercaan mereka terhadap Abu Bakar Shiddiq dan Umar bin Khatthab. Hal ini didasarkan pada perkataan Imam Ahmad:
Telah berkata Abdullah bin Ahmad: Aku bertanya kepada ayahku,”Siapa Rafidhoh itu?” Dia menjawab mereka adalah yang mencela Abu Bakar dan Umar.” (Abu Bakar bin Ahmad dalam Assunah, 3/492).
Begitu juga dengan rumah Rafidhoh yang memiliki ciri khas. Rafidhah amat mengagungkan pimpinan mereka terutama Khumainy, sehingga foto ini akan terpampang di rumah mereka. Selain itu, foto ahlul bait (keluarga Nabi SAW) yaitu Ali bin Abi Thalib, Fatimah binti Muhammad, Hasan, Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Mereka tidak akan memajang foto yang menggambarkan Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah, apalagi foto Muawiyah, kecuali mereka pampang sebagai upaya untuk mencela para sahabat tersebut.
Masjid Rafidhoh juga memiliki beberapa ciri di antaranya:
1. Sebagian dinding di samping mihrab biasa ditulis ayat kursi.
2. Bagian samping diisi dengan Asma’ Al Husna.
3. Sebagian lagi surat al-Baqarah dengan lengkap.
4. Karpetnya penuh dengan bunga atau gambar masjid, dsb.
5. Bahkan sebagian masjid diisi dengan gambar imam-imam mereka, seperti Ali, Fatimah, Husain, Hasan dan tak ketinggalan gambar imam besar mereka, Khumainy.

Wassalamualaikum wr.wb.
[Sumber: Bahaya Syiah Rofidhoh bagi Dunia Islam/Karya: Ust. Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashori/Penerbit: Maktabah Daarul Atsar]

60 TAHUN BERIBADAH, NAMUN DITOLAK DOANYA

Kota Deltamas, 27 Rajab 1436 H / 16 Mei 2015
EDISI IX


Assalamualikum wr.wb.

siluet doa © tawafgroup.com


Sudah seharusnya seorang manusia merasa rendah diri dan benar-benar mengakui kelemahannya di hadapan Allah Ta’ala Yang Mahakuat. Dialah sebaik-baik Pencipta yang memiliki Kuasa untuk melakukan segala sesuatu. Merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala adalah kemuliaan. Sedangkan melakukan itu di hadapan manusia, adalah kerendahan yang sebenarnya.
Terhadap sesama manusia, yang dibolehkan adalah rendah hati. Bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama di sisi Allah Ta’ala. Yang membedakan hanyalah taqwa yang terletak dalam hati. Sikap rendah hati di hadapan sesama mencegah seseorang dari berlaku sombong.
Sahabatku…
Imam Ahmad bin Hanbal pernah bercerita. Beliau menyebutkan seorang hamba Allah Ta’ala yang telah rajin melakukan ibadah sepanjang tujuh puluh tahun. Suatu hari, dia duduk bersimpuh mengadu kepada Allah Ta’ala. Ia menyampaikan betapa sedikitnya amalan dirinya dan banyaknya dosa yang telah dia lakukan selama itu.
Atas pengakuannya itu, datanglah utusan Allah Ta’la yang menyampaikan kalam Tuhannya, “Dudukmu saat ini lebih Aku cintai daripada amal-amalmu yang telah lewat sepanjang umurmu.”
Bisajadi, saat melakukan ibadah, banyak di antara kita yang merasa sombong. Baik itu merasa baik atau merasa telah melakukan amal shaleh yang tidak dilakukan oleh orang lain. Padahal, ketergelinciran Iblis dimulai ketika ia merasa paling benar, sedangkan Adam hina di hadapannya.
Dalam kisah yang lain, sebagaimana dikutip dari Kitab az-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan kisah serupa.
Tersebutlah seorang dari kalangan Bani Israel yang telah beribadah selama enam puluh tahun. Kemudian, ahli ibadah ini memanjatkan sebuah pinta kepada Allah Ta’ala. Sayangnya, apa yang ia pintakan itu tak kunjung terkabul.
Karenanya, ia berkata kepada dirinya sendiri, “Andai saja engkau (maksudnya adalah dirinya sendiri) memiliki kebaikan, tentu saja permintaanmu akan dikabulkan.” Ketika itu, ia benar-benar merasa bahwa dirinya tak punyai kebaikan. Akibatnya, apa yang menjadi keinginannya tidak dipenuhi oleh Allah Ta’ala, padahal ia telah memintanya.
Maka, pada malam harinya, ahli ibadah ini bermimpi. Dalam tidurnya, ia didatangi oleh seorang yang mengatakan, “Tahukah engkau?” Tanya sang utusan dalam mimpi, “Rasa bersalahmu pada dirimu sendiri lebih baik dari ibadah yang kau lakukan selama puluhan tahun.”
Merasa rendah di hadapan Allah Ta’ala adalah kemuliaan. Ialah sebuah pengakuan tulus, bahwa hanya Allahlah Yang Mahakuasa. Pun dengan ketaatan yang dilakukan seseorang, ia hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah dipilih-Nya.
Wassalamualaikum wr.wb.
SC : KISAHIKMAH

DEMI ALLAH, AKU TIDAK AKAN BERMAKSIAT SELAMANYA

Kota Deltamas, 27 Rajab 1436 H / 16 Mei 2015
EDISI IX

Assalamualaikum wr.wb.


zina


Lelaki ini bernama al-Kifl. Seorang Bani Israil. Pelaku kriminal, suka berjudi, bermaksiat, zina, dan semua jenis kejahatan lainnya. Al-Kifl, disebutkan oleh Dr Muhammad Ismail Muqaddam dalam Fikih Malu, “Tidak bisa mencegah dirinya dari berbuat dosa.”
Suatu malam, al-Kifl mendatangi seorang wanita untuk memuaskan nafsunya. Tak lama setelahnya, ia pun menemukan wanita yang dinginkan oleh nafsu buruknya itu. Diajaklah ke tempat yang telah disiapkannya, berdua. Kepada wanita yang bisa puaskan nafsunya itu, al-Kifl menyediakan 60 Dinar, setara dengan 120.000.000 rupiah (kurs 1 dinar= 2 juta).
Ketika al-Kifl bergegas melampiaskan hasrat busuknya, tiba-tiba wanita itu menangis sejadi-jadinya, tanpa sebab. “Apa yang membuatmu menangis?” tanya al-Kifl penuh keheranan.
“Berzina adalah pekerjaan yang belum pernah aku lakukan.” jawab wanita itu sembari menahan isaknya. Terangnya kemudian, “Tak ada yang memaksaku melakukan perbuatan keji ini, kecuali kebutuhan ekonomi yang amat mendesak.”
Tanya al-Kifl untuk kedua kali, “Apakah kamu menangis karena takut kepada Allah Ta’ala?”
“Akulah,” terang lelaki keturunan Bani Israil itu, “yang seharusnya menangis dan takut kepada Allah Ta’ala.”
Ia pun mempersilakan wanita itu pergi sebelum menuruti nafsu bejatnya. Kepadanya, al-Kifl berikan uang yang dibutuhkannya. Kemudian, ia berkata, “Demi Allah, aku tidak akan bermaksiat kepada Allah Ta’ala selamanya.”
Qadarullah, malam itu juga al-Kifl meninggal dunia. Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya, bahwa pengampunan kepada Bani Israil diberikan oleh Allah Ta’ala dengan bentuk tulisan yang ada di pintu rumahnya.
Maka pagi harinya, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab ini, “Keesokan harinya, tertulis di pintu rumahnya, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengampuni dosa al-Kifl.’”
Disebutkan pula dalam hadits riwayat Imam at-Tirmidzi ini, “Orang-orang pun kagum melihat hal itu, hingga Allah Ta’ala memberikan wahyu kepada salah seorang Nabi dari mereka tentang kisah al-Kifl.”
Keseluruhan kehidupan dan akhirnya adalah misteri. Hanya Allah Ta’ala yang tahu. Karenanya, kita harus senantiasa berdoa dan bersungguh-sungguh agar ditetapkan dalam iman dan Islam hingga akhir hayat. Sebab hanya dengan itulah kita berhak mewarisi surga yang lebih luas dari langit dan bumi serta penuh kenikmatan tanpa batas. 
Wassalamualaikum wr.wb.
SC : KISAHIKMAH

Sabtu, 09 Mei 2015

Saudi Bersumpah Habisi Syiah Houthi

Kota Deltamas, 20 Rajab 1436 H / 09 Mei 2015
EDISI VIII
 
Koalisi Teluk yang dipimpin Arab Saudi bersumpah bahwa mereka akan menghabisi secara total Syiah Houthi di Yaman menyusul adanya serangan terhadap warga Saudi. Demikian dilansir oleh Arab News, Jumat (8/5/2015).
Menurut juru bicara koalisi Brigadir Jenderal Ahmed Al-Assiri bahwa milisi Syiah Houthi di Yaman telah bertindak di luar batas, dan akan membayar harga yang setimpal atas pemboman mematikan ke Saudi.
“Mereka akan membayar harga yang mahal,” kata Al-Assiri.
“Keamanan Arab Saudi adalah prioritas utama bagi koalisi dan angkatan bersenjata Saudi. Ini adalah garis merah yang sudah mereka langgar,” kata sang jenderal.
Peringatan al-Assiri dinyatakan setelah Wakil Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Saudi Pangeran Mohammed bin Salman memimpin rapat komandan untuk meninjau situasi di perbatasan selatan Kerajaan.
Menurut Pangeran Muhammad Syiah Houti sudah menyasar perbatasan Saudi, mengincar warga Saudi, membahayakan keselamatan dan keamanan kota Saudi. “Ini tidak dapat diterima,” demikian Al-Assiri.

SC: ISLAM POS