Sabtu, 25 April 2015

6 x 6 = 37

Kota Deltamas, 6 Rajab 1436 / 25 April 2015
EDISI VI


Suara adzan berkumandang, sore keabuan itu. Udara menjadi basah, merengkuh hangat yang sejak siang tadi hadir. Terlebih badan dilumuri air wudhu, dingin sekali. Segera menempatkan posisi untuk menunaikan hutangku pada Rabb. Setelah melunasinya, aku dengan cekatan memadankan kemejaku dengan sebuah rok berbahan levis dan melengkapinya dengan kerudungku.
Lalu, berangkat ke kampus bersama temanku; pemilik kos. Maklum kala itu, aku sedang menumpangkan sisa waktu luangku menuju pergantian mata kuliah sore ini di kostnya.
Seperti biasa, kami menanti sang dosen tiba. Menanti jam-jam sore terhabiskan bersama ilmu. Sekitaran beberapa menit menunggu. Tak lama kemudian, terdengar suara klakson sang dosen dan disusul dengan penampakan mobil cantik berwarna putih itu. Bergegas masuk ruangan.
Suasana yang sedikit abu, ditambah riuh angin yang semilir itu mengajak mata-mata nakal ini menutup secara serantangan. Kalau sang dosen tak mampu menyiasati, mungkin seisi kelas habis terbawa mimpi.
Kelas mulai berseru-seru, kala pemandu memulai sesi bertanya. Kebetulan, ada persentasi kelompok hari ini. Bergilirlah pertanyaan-pertanyaan di terima; lalu sesaat kemudian dijawab dengan cekatan oleh regu ahli. Hingga akhirnya, sang dosen turun ke lapangan. Mengikutkan diri seraya menyampaikan jurus-jurusnya dalam setiap pembelajaran. Kali ini temanya adalah berhitung.
“Begini, ada hal yang ingin Bapak sampaikan kepada kalian. Coba dengarkan ini, yaa” pinta pak dosen, untuk segera memulai ceritanya.
Cerita ini mengisahkan si putih dan si hitam. Mereka berdua saling berteman; dengan baik. Si putih diberikan anugerah kecerdasan yang luar biasa, sedang si hitam tak memilikinya, ia terlihat agak bodoh (tidak pintar) dibanding si putih. Si putih tinggal di padepokan; tempat untuk menuntut ilmu. Ia juga terkenal dengan siswa kesayangan sang guru karena kecerdasannya.
Suatu hari, si hitam menghampiri si putih. Si hitam mengajak si putih bertaruh. Ia membuat semacam sayembara; jika nanti si hitam kalah, ia akan memenggalkan kepalanya. Dan jika si putih yang kalah, ia harus meninggalkan padepokan.
“Si putih, percayakah kamu 6×6=37?” tanya si hitam.
“Tidak, itu jawab yang salah. Jawaban yang benar adalah 36,” jawab si putih dengan kecerdasannya.
“Mana mungkin, jawaban yang benar adalah 37,” si hitam mulai mengeras.
“Aku sudah belajar sejak lama, dan aku tidak pernah salah. Jawabanku selalu tepat. 6×6 adalah 36,” si putih memperjelas.
“Aku tidak percaya, jawabanmu salah. Jawabannya tetap 37!!! Kalau pun aku salah, biarlah aku penggal kepalaku sendiri. Dan kamu, jika kamu kalah, angkat kakimu dari padepokan ini!!” ancam si hitam.
“Janganlah, kawan. Tak perlu korbankan nyawamu demi hal yang sepele ini,” si putih mencoba menenangkan.
“Biarkan saja. Lebih baik kita temui guru di padepokanmu,” lanjut si hitam.
Sesampainya, di sana.
“Guru, guru, guru” panggil si putih.
“Iya silahkan masuk, dan duduklah. Ada apa si putih?” tanya guru itu.
“Begini guru, teman saya mengajak saya bertaruh. Ia mengatakan bahwa 6×6 adalah 37. Dan ia mengancam akan memenggal kepalanya jika jawabannya salah. Padahal saya sudah melarangnya, namun ia tetap bersikukuh. Sedangkan, jawaban yang tepat adalah 36. Bagaimana ini guru?” penjelasan si putih.
“Sudahlah, yang kita ingin tanyakan adalah berapa hasil dari 6×6?” si hitam memotong pembicaraan.
“6×6 adalah 37, muridku,” jawaban dari sang guru yang memancing kemarahan si putih.
“Apa? Bagaimana mungkin 6×6 adalah 37? Padahal aku mempelajarinya dengan baik, bahwa 6×6 adalah 36, seperti yang pernah guru sampaikan. Guru membohongi aku< aku sangat kecewa. Baiklah kalau begitu aku akan pergi dari padepokan ini, dan tidak akan kembali lagi. Guru mengkhianati aku” kekesalan si putih atas jawaban yang diterimanya.
“Baiklah, muridku jika itu permintaanmu. Pergilah. Tapi tolong dengarkan satu pesanku padamu. Jika di perjalanan nanti ada badai, janganlah kamu berteduh di bawa pohon beringin. Nanti kau akan ikut terbelah seperti pohon itu. Juga jangan berteduh di bawah pohon kelapa, nanti kau akan ikut tercabut seperti pohon itu,” pesan sang guru.
Dengan perasaan yang kesal si putih pergi, sementara itu si hitam sangat bahagia, bahwa ternyata ia tak bodoh. Setelah mendengar jawaban dari guru, ia dengan perasaan gembiranya meninggalkan padepokan.
Sementara, si putih terus berjalan menjauh dari padepokan itu, makin jauh. Hingga terhenti pada saat badai menghampirinya. Sesaat kemudian, ia segera mengingat pesan dari gurunya. Benar saja, ia melihat pohon beringin itu terbelah dan juga melihat pohon kelapa terangkat oleh angin yang dahsyat itu. Setelah kejadian itu, barulah ia sadar. Bahwa guru tidak akan pernah berbohong, guru tak akan mungkin berkhianat.
”Mungkin benar, 6×6 adalah 37. Lebih baik aku pulang ke padepokan” keputusan yang diambil si putih.
Sesampainya di padepokan, si putih mencari sang guru. Dan tak berapa lama, ia menemukannya.
“Maafkan, saya guru. Mungkin saya salah dalam mejawab pertanyaan si hitam. Bahwa 6×6 adalah 37, bukan 36,” si putih meminta maaf karena keegoisaannya.
“Tenanglah, nak. 6×6 memang 36,” jawaban sang guru yang berhasil membuat si putih terperanjat.
“Jadi?” dengan perasaan bingung si putih hendak meminta alasan yang pasti kepada gurunya.
“Begini, nak. Tak selamanya nilai keadilan berada di atas hitam-putih. Ada saatnya, keadilan berpihak di pihak yang salah, namun karena alasan tertentu. Lihatlah, si hitam pergi dengan wajah yang sangat gembira. Lalu, bagaimana keadaannya ketika, aku menjawab 36?” penjelasan yang memberi sedikit pencerahan atas kebingungan si putih.
Si putih hanya terdiam.
“Seandainya, aku mengatakan 36. Ada seorang sahabat yang akan terbunuh, apakah itu yang disebut dengan keadilan? Bukalah matamu, nak. Tidak ada nilai keadaan yang bisa membunuh persahabatan yang tulus diantara kalian. Terlebih, masalah ini hanya sepele. Seharusnya, kau lebih mampu mengendalikan emosimu. Bukan aku tak memperlakukanmu secara adil, karena jawabanmu yang menurutmu tepat itu dan memang sebenarnya ia. Namun, tidakkah kau mempedulikan sahabat yang tadi berada di sampingmu, yang nyawanya sedang terancam? Aku hanya ingin kau mengerti, apa sebenarnya makna keadilan. Bahwa, 6×6 adalah 37, dan satu diantaranya adalah satu nyawa sahabatmu yang terselamatkan.
Tepuk tangan meramaikan di akhir cerita, sempat ada sedikit keributan di awal cerita karena persoalan 6×6 itu. Namun, setelah berada di akhir cerita ternyata 37 adalah penambahan dari nyawa sahabatnya yang berhasil selamat dari hal yang sepele itu. Ada hal yang bisa diambil kesimpulan, menurutku: dalam menyelesaikan atau pun menyimpulkan suatu hal janganlah menilai hanya dari satu sudut pandang saja, cobalah tengok ke arah lain. Siapa tau, kita yang teramat sombong dengan keputusan yangkita angggap benar itu. Tak selamanya kita salah, dan sebaliknya. Tak selamanya kita benar.

Subhanallah ...
Kota Deltamas, 6 Rajab 1436 / 25 April 2015
EDISI VI

Bismillahirrahmanirrahim…
Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh…

kaifa haluk ya akhi wa ukhti ?
nah, kali ini kita akan menyimak pendapat saudara kita tentang Konferensi Asia Afrika 2015 (KAA) yang baru saja digelar di Indonesia.

Konferensi Antara Ada (dan Tiada)

Konferensi Asia Afrika (KAA) saat ini tidak lebih dari nostalgia tanpa signifikansi apa-apa, setidaknya ada beberapa point indikatornya
Pertama, Jokowi katakan dalam pidatonya tidk butuh Bank Dunia,ADB, dan IMF untuk sebuah tatanan ekonomi dunia baru.
Hal ini jelas hanya pencitraan yang tidak melihat reality dan feasibility. Padahal faktanya, Jokowi menaikkan BBM atas tekanan IMF. 
Kedua, Presiden Iran Rouhani menggalakkan kampanye melawan ekstrimis. Terlihat sekali kampanyenya hanya ingin memukul rata semua pihak yg melawan Ajaran Syiah.
Ketiga, KAA tidak lebih dari ajang nostalgia ini dijadikan tempat kampanye dari misi masing-masing negara, serta ajang khususnya bagi China dalam merebut pengaruh di Pasar Asia Afrika , apalagi melihat potensi kekuatan ekonomi China dalam skala global yang telah mendapuk dirinya sebagai ekonomi terbesar di Dunia, PDB china USD 17,6 Triliun sedangkan PDB USA sebesar USD 17,4 Triliun (katadata, 2014).
Keempat, memerdekakan palestina tanpa ruh kekuatan dan keseriusan. Kalau Joko Wi serius, maka rezimnya harus buka hubungan dengan Hamas sebagai entitas yang didukung rakyat palestina, bukan malah menolaknya untuk buka kantor di Jakarta.
KAA bukan ajang yang mampu (dan relevan) untuk memerdekakan Palestina, kepentingan negara KAA berbeda, potensi ekonomi dan militer negara-negara KAA masih jauh dibawah USA (israel) dan Rusia.
Dibutuhkan sebuah terobosan (yang radikal) oleh negara-negara mayoritas Islam dalam menyatukan segala potensi ekonomi dan militer kalau memang mau merdekakan Palestina.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh… 

Sabtu, 18 April 2015

Karakteristik dan Fungsi Al-Quran


Subhanallah…
Assalammualaikum Wr. Wb.

Sebelum kita bahas mengenai beberapa karakteristik dan fungsi dari Al-Quran, kita harus mengetahui dan menanamkan dari dalam hati kita bahwa kitab Al-Quran merupakan sumber pertama ajaran Islam. Jadi, kita ga perlu berlelah-lelah untuk mencari jalan kebenaran dalam hidup ini, cukup dengan membaca dan menafsirkan Al-Quran kita akan menimbah ilmu yang sangaaatt banyakk… Subhanallah kebesaran Allah... Yukk kita simak apa saja karakteristik dan fungsi Al-Quran^^
Al-Quran memiliki dua karakteristik utama , yakni :

1.       Mujmal : bersifat global sehingga memerlukan perincian Sunnah Rasul. Misalnya, perintah sholat, shaum, maupun haji hanyalah menggunakan kalimat yang singkat, “aqimis shalat” (dirikanlah shalat), “kutiba ‘alaikum as-ashiyam”  (diwajibkan atas kamu berpuasa), “ wa atimmu al-hajj” (sempurnakanlah ibadah hajimu), namun tentang cara pelaksanaannya tidak dijelaskan. Untuk praktiknya, Rasulullah-lah yang memberikan penjelasan, dari tata cara shalat sampai urusan bernegara. Penjelasan Rasulullah Saw. Itu disebut Sunnah Rasul.

2.       Sistematis : Al-Quran merupakan sebuah sistem di mana setiap ayat merupakan subsistem yang saling berkaitan, maka tidak boleh menafsirkan ayat Al-Quran sepotong-sepotong karena akan melahirkan kesimpulan yang salah. Selain itu dalam menafsirkan satu ayat harus melihat kaitannya dengan ayat yang lain karena Al-Quran itu saling menafsirkan antara ayat yang satu dengan ayat lainnya ( Al Quran yufassiru ba’dhulu ba’dhan). 

Setelah kita bahas karakteristik Al-Quran, ini ada beberapa Fungsi Al-Quran yang wajib kita ketahui yaitu sebagai huda, bayyinat, furqan, muhaimin, mauidhah dan rahma, mushaddiqan, serta asy-syifa. Nah.. mungkin penjelasan akan dijabarkan satu persatu… Simak lagi yukkk…  
·         Fungsi huda (petunjuk). Allah menegaskan, “ Inna hadza Al-Qurana yahdi lillati hiya aqwam”, (Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang lebih lurus) [QS. Al-Isra’ [17]: 9]. Ibarat jalan tol, jadi disana terdapat banyak petunjuk arah jalan, namun semuanya disesuaikan dengan tujuan dari masing-masing pengendara. Jika tidak ada petunjuk jalan tersebut, kemungkinan besar kita akan nyasar dan menjauh dari tujuan yang ingin kita tempuh.

·         Fungsi Bayyinat (penjelasan). Al-Quran menjelaskan apa-apa yang dipertanyakan oleh manusia. Salah satunya yaitu seputar posisi Nabi Ibrahim a.s . Banyak orang beranggapan bahwa Nabi Ibrahim a.s. adalah kakeknya semua agama, sehingga agama Yahudi, Nasrani dan Islam, sama nilainya, sama benarnya, semua penganutnya masuk surga. Maka, disini Al-Quran datang memberikan penjelasan bahwa Nabi Ibrahim itu bukan Yahudi dan bukan pula Nasrani, melainkan seorang Muslim yang hanif, lurus.

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik  [QS. Ali Imran[3]: 67].

·         Fungsi Furqan (pembeda). Pembeda disini yaitu Al-Quran dapat membedakan antara yang hak maupun yang bathil. Makna pembeda ini sangat luas, maka dari itu disarankan untuk mempelajari bagian demi bagian secara cermat dan tidak tergesa-gesa [QS Al-Qiyamah [75]: 16-17, QS Al-Isra’ [17]: 105-106].

·         Fungsi Muhaiminan (batu ujian). Al-Quran merupakan batu ujian bagi semua persoalan yang diperselisihkan. Demikian jika ada temuan sains yang bentrok secara konten dengan Al-Quran, silahkan untuk mengulangi penelitian tersebut, yang dimulai dari sign Al-Quran. Al-Quran bisa dijadikan batu ujian untuk semua data ilmiah seputar sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, biologi, kelautan,astronomi, dan bidang lainnya.

·         Fungsi Mauidhah dan Rahmah. Wahai manusia, telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, dan penyembuh bagi penyakit yang ada di dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman [QS. Yunus [10]: 57]. Al-Quran merupakan kitab yang berisi nasihat yang merupakan tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Setiap mau melangkah, Allah memberikan nasihat. Al-Quran merupakan bukti pemberian dari-Nya bahwa Allah sangat amat mencintai hamba-hamba – Nya. Masih adakah yang ingin mengabaikan Al-Quran???

·         Fungsi Mushaddiqan (korektor). Al-Quran merupakan alat ukur untuk mengoreksi kekeliruan kitab-kitab sebelumnya , baik kitab Taurat, Zabur, maupun Injil mengingat kitab-kitab itu telah mengalami pencampuradukan dengan karya tulis manusia [QS. Fathir [35]: 31].

·         Fungsi Asy-Syifa (obat,resep). Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian [QS Al-Isra’ [17]: 82]. Jadi, Al-Quran mengandung resep bagi orang yang mengalami frustasi, terkena musibah, resep tentang ekonomi dan masalah lainnya. Dalam hal ini, kita wajib menggunakan resep dari Allah serta tidak boleh mencampuradukkan resep Allah tersebut.

Alhamdulillah… semoga kita semua diberikan kemudahan di setiap langkahnya. Semoga langkah itu akan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran. Serta kita semua sebagai hamba-Nya selalu istiqamah menjaga kesucian Al-Qur’anul Karim… Amiinnn ya Rabbal Alaminn...

Wassalammualaikum Wr. Wb.


Source: Asep, Zaenal Ausop.2014.Islamic Character Building. Bandung: Salammadani, hal 152-160.

Sabtu, 11 April 2015

Karena Cinta Itu Radikal

Kota Deltamas, 21 Jumaidil Akhir / 11 April 2015
EDISI IV

 

 Karena Cinta Itu Radikal

Banyak orang kini tengah meninjau ulang cara pandang mereka terhadap kata “radikal’. Meminjam istilah hukum, sudah lama kata “radikal” ini dikriminalisasi.
Sayangnya, tidak seperti pejabat Polri ataupun KPK yang ketika dikriminalisasi banyak muncul pembelaan, kata “radikal” ini sepi dari suara para pengacara.
Dari sejak perang AS melawan terorisme belasan tahun lalu hingga pembreidelan media Islam baru-baru ini, pintu-pintu untuk memulihkan nama baik kata “radikal” semuanya seolah tertutup.
Media-media kita yang dipimpin oleh orang-orang berpendidikan rupanya gagal meletakkan makna radikal secara baik dan benar.
Lihatlah ketika para reporter lapangan melaporkan dengan kalimat, “kelompok radikal telah dilumpuhkan”, “diduga ini ulag gerakan radikal”, dan “radikalisme mengancam NKRI”.
Namun, redaktur media-media mainstream yang paham betul guna dan manfaat bahasa seolah mendadak buta nalarnya. Kata radikal yang butuh keterangan lanjutan, dibiarkan menggantung bersama kesan seram yang diatributkan kepadanya.
Ketika siklus kebutaan media mainstream ini terus berlanjut seperti yang kita rasakan saat ini, akhirnya, kata radikal yang diambil dari terminologi radix yang berarti akar atau mengakar, berubah total.

Tak Ada Cinta Tanpa Radikalisme
Radikalisme, jika kita rujuk ke makna aslinya sejatinya sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Jika kita maknai lewat aksi, maka dengan pemahaman kita yang mengakar dan dalam tentang kandungan narkoba yang berbahaya, kita dengan tegas menolaknya.
Aksi tegas menolak narkoba adalah contoh nyata radikalisme berfikir. Ini sekaligus membuktikan bahwa ketakutan yang disematkan kepada kata radikal betul-betul salah kaprah.
Jika contoh pertama terasa kurang mengena, mari kita beranjak ke contoh yang lebih universal, cinta.
Banyak orang memberi definisi beraneka ragam soal cinta, mulai dari pengorbanan, kesetiaan, tanggung jawab, dan perjuangan.
Pun kita sadar betul bahwa hal-hal tersebut adalah imbasan dari pemahaman kita tentang rasa cinta yang mengakar dalam hati, artinya, wujud cinta dalam aksi dan laku lampah adalah sebentuk radikalisme.
lalu apakah bisa cinta tumbuh tanpa radikalisme?
Silakan dibayangkan, cinta macam apa yang tumbuh tanpa kesetiaan, tanggung jawab, pengorbanan dan perjuangan. Apakah cinta itu masih dapat dibilang cinta, jika satu sama lain saling menyakiti? Apakah cinta itu bisa disebut cinta jika tanggung jawab untuk saling menjaga dihilangkan?
Tanpa radikalisme, hidup manusia akan menjadi terombang ambing. Tanpa radikalisme tidak akan uncul manusia-manusia yang berpegang teguh pada prinsipnya. dan tanpa radikalisme, mungkin negara ini tidak akan merdeka.

Problem Bahasa dalam Ghozwul Fikr 
Apa yang terjadi dengan kata “radikal” jika kita telaah lebih jauh sejatinya adalah bagian dari proyek besar ghozwul fikr (perang pemikiran).
Sebab, sebuah konsep pemikiran pasti disampaikan melalui media berupa bahasa, jika sebuah bahasa sudah dirusak dari asal maknanya, maka bisa dipastikan pengucap bahasa tersebut akan mudah dikuasai.
Kita lihat bahwa banyak ditemukan pemaknaan ulang terhadap istilah-istilah kunci dalam teks-teks konstitusi kita.
Kata adil dipaksakan untuk diterjemahkan sebagaimana kata equal yang artinya sama rata lagi seimbang, musyawarah dan mufakat pelan-pelan digeser menjadi voting.
Ketika bahasa dirusak dan menjadi problematik, maka ilmu yang disusun dalam rangkaian bahasa menjadi turut rusak dan rancu saat diterapkan.
Takluknya sebuah bahasa atas pengaruh makna asing yang berseberangan dengan makna aslinya adalah cermin runtuhnya sebuah peradaban.
Disini, kinerja para mubaligh dan da’i kita diuji. Tantangan zaman menuntut agar para ilmuan dan ulama dapat menerjunkan ilmu dan pengetahuan tentang vitalnya kebahasaan ke tengah-tengah masyarakat.
Dan bagi kita orang awam, semangat untuk menuntut ilmu harus terus digalakan, karena kita berpacu dengan kampanye pembodohan besar-besaran yang dipromosikan lewat berbagai media yang mengarahkan kita untuk berhenti bertanya.

Oleh : Azeza Ibrahim Rizki, Pengamat Komunikasi Budaya
Sumber : ISLAM POS 

Mulianya Umat Nabi Muhammad, Nabi Adam pun Tak Memilikinya

Kota Deltamas, 21 Jumaidil Akhir / 11 April 2015
EDISI IV

Bismillahirrahmanirrahim…
Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh…
 
Nggak terasa udah Edisi ke-IV yah !! semoga tetap istiqamah menunggu dan membaca apa yang dipublis setiap minggu nya yah, walaupun dalam keadaan UTS. Selamat membaca....

Mulianya Umat Nabi Muhammad, Nabi Adam pun Tak Memilikinya

Nabi Muhammad SAW sangat mencintai umatnya. Bahkan, dikala menjelang ajalnya, yang beliau pikirkan hanyalah umatnya. Begitu berarti kita ini baginya. Namun, mengapa kita tak pernah sadar akan hal itu?
Bahkan Nabi Adam pun tak memiliki apa yang menjadi kemuliaan kita, sebagai umat Rasulullah. Diriwayatkan bahwa Nabi Adam berkata, “Sesungguhnya Allah memberikan empat kemuliaan kepada umat Muhammad SAW yang tidak diberikan kepadaku, yaitu:
1. Diterimanya taubatku hanya di Mekkah, akan tetapi umat Muhammad dapat bertaubat di mana saja dan Allah akan menerimanya.
2. Dahulu sebelum melakukan dosa aku memakai pakaian dan setelah melakukan dosa aku ditelanjangi, akan tetapi umat Muhammad sewaktu berbuat dosa dengan telanjang dan Allah nanti memberinya pakaian.
3. Sewaktu aku berbuat dosa, Allah memisahkan aku dengan istriku, akan tetapi umat Muhammad yang berbuat dosa tidak dipisahkan dengan istrinya.
4. Sewaktu aku melakukan dosa di surga, lalu aku dikeluarkan karena perbuatan dosa itu, akan tetapi umat Muhammad sewaktu berbuat dosa berada di luar surga, kemudian dapat masuk surga setelah bertaubat.”
Subhanallah, itulah kemuliaan yang kita miliki. Tapi, mengapa kita tetap saja tidak menyadari akan hal itu? Kita selalu merasa sebagai makhluk yang paling tidak diperdulikan. Padahal, Allah sangat memuliakan kedudukan kita dibandingkan dengan lainnya.
Oleh sebab itu, sadarilah betapa besar kasih sayang Allah pada kita. Sadarilah cinta Rasul kepada kita pun amat sangat besar. Apakah kita tidak malu jika membuat mereka kecewa akan perbuatan kita? Masihkan kita merasa bahwa Allah tidak adil terhadap kita?
Allah selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk senantiasa bertaubat, memohon ampun kepada-Nya. Tetapi, kita sendirilah yang menyia-nyiakan itu. Maka, jangan salahkah Dia, jika Dia tidak mengikuti apa yang menjadi keinginanmu. []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin Peringatan bagi Orang-orang yang Lupa 2/Karya: Abu Laits as Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

 


Sabtu, 04 April 2015

BERLALU LINTAS MENURUT ISLAM
Oleh : Quraish Shihab
quraish-shihab
Hamba-hamba Ar-Rahmân – Tuhan Pencurah kasih – adalah  orang-orang yang berjalan di  bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan “salam “ (yakni mari berpisah dengan damai). (Q.S. Al-Furqân [25]: 63).
Kandungan pesan di atas sejalan dengan kandungan pesan Q.S. Al-Isra’ [17]: 37 yang maksudnya: “Janganlah engkau -siapapun engkau- berjalan di persada bumi dengan  penuh keangkuhan/ ugal-ugalan. Itu hanya dapat engkau lakukan kalau engkau telah dapat meraih segala sesuatu, padahal   meskipun engkau berusaha sekuat tenaga tetap saja kakimu tidak dapat menembus bumi walau sekeras apapun hentakanya, dan kendati engkau telah merasa tinggi, namun kepalamu tidak akan dapat setinggi gunung.”
Dalam konteks cara jalan, Nabi saw. mengingatkan agar tidak berjalan membusungkan dada. Namun demikian, ketika beliau melihat seseorang berjalan menuju arena perang dengan penuh semangat dan terkesan angkuh, beliau bersabda: “Sungguh cara jalan ini dibenci Allah, kecuali dalam situasi (perang) ini.”
Kini pada masa kesibukan dan kesemrawutan lalu lintas, kita dapat memasukkan dalam cakupan pengertian ayat di atas penghormatan terhadap  displin lalu lintas.
Peraturan lalu lintas jalan raya serupa dengan peraturan lalu lintas kehidupan. Jangan pernah berkata bahwa lampu merah menghambat kelancaran lalu lintas, ia justru memuluskannya.
Karena itu, sebagaimana kewajiban menghindari yang haram, maka wajib pula mengindahkan lampu merah, dan sebagaimana keharusan menaati pemimpin pemerintahan – suka kepadanya atau tidak –maka demikian juga keharusan mengindahkan polisi lalu lintas yang mengatur kelancaran jalan, karena dengan membangkang akan terjadi chaos, kekacauan, dan kesemrawutan. Para polisi itu  adalah bagian dari apa yang dinamai Al- Qur’an Ulu Al-Amr yakni orang-orang yang memiliki wewenang memerintah, yang oleh Q.S. An-Nisaa’ [4]: 59 dinyatakan harus ditaati. Tentu saja bila tidak melanggar hukum.
Pesan-pesan ayat-ayat di atas bukan berarti anjuran berjalan perlahan, atau larangan bergerak cepat. Nabi Muhammad saw. dilukiskan berjalan dengan gesit, penuh semangat, bagaikan turun dari dataran tinggi.
Seorang pemuda dilihat oleh Sayyidina Umar ra. berjalan melempem, tanpa semangat bagaikan orang sakit. Beliau menghentikannya sambil bertanya: “Apakah engkau sakit?” ” Tidak,“ jawabnya. Maka Sayyidina Umar ra. menghardik dan memerintahkannya berjalan dengan penuh semangat.
Kalau Anda ingin memperluas makna pesan ayat-ayat di atas, maka Anda dapat berkata bahwa  ia  tidak sekadar menggambarkan cara jalan yang baik, tetapi juga tuntunan kepada pengguna jalan  agar  berinteraksi dengan semua pihak sebaik mungkin. Bukan saja memerhatikan Hak -Hak Asasi Manusia, tetapi juga dalam istilah Nabi Muhammad saw. Hak-Hak Asasi Jalan.
Jika Anda belum pernah mendengar istilah ini maka ketahuilah bahwa Nabi saw. -menggarisbawahi empat hal yang menjadi hak asasi jalan (H.R. Bukhari dan Muslim), yaitu: 
a) Membatasi pandangan – termasuk tidak memperlambat kendaraan, atau berkerumun sehingga memacetkan lalu-lintas sekadar untuk melihat satu peristiwa; 
b) Menghindarkan gangguan, bukan saja dengan tidak membuang sampah di jalan tetapi juga – misalnya– tidak membunyikan klakson secara berlebihan; 
c)  Menyebarluaskan kedamaiaan, antara lain dengan bertoleransi memberi peluang mendahului bagi siapa yang memintanya. Di sisi lain, berterima kasih – walau dengan mengangguk atau mengangkat tangan- kepada yang melapangkan buat Anda; 
d). Mengajak kepada kebaikan serta menghalangi kemungkaran. Butir terakhir  ini mencakup banyak hal, karena memang  berjalan atau  mengemudi membutuhkan bukan sekedar pengetahuan tentang jalan dan berjalan, tetapi ia juga adalah seni dan di atas seni ada akhlak. Wa Allah A’lam. (hd/liputanislam.com)


PROGRAM KERJA GAMMUS ITSB T.A. 2015/2016


KELUARGA MAHASISWA MUSLIM
INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
(GAMMUS-ITSB)
Alamat : Jalan Ganesha Boulevard, Lot-A1 CBD Kota Deltamas , Telp (021) 5059 9279, (021) 5059 9288, (022) 3101 6655

TABEL PROGRAM KERJA GAMMUS-ITSB

NO.
NAMA KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
JENIS KEGIATAN
TUJUAN KEGIATAN
SASARAN
1.
Media Sosial dan Dokumentasi
Menyampaikan dan mengakses informasi tentang kegiatan GAMMUS ITSB serta dakwah islam melalui FB, Twitter, Blog GAMMUS ITSB.
Mingguan
Menyampaikan info dakwah islam serta kegiatan GAMMUS yang akan dilakukan baik sesudah maupun sebelum serta menjalin ukhuwah islamiyah sesama muslim maupun muslimah melalui media sosial.
Masyarakat kampus ITSB.
2.
Buletin GAMMUS
Sebuah media syiar dakwah melalui media cetak berbentuk selebaran yang berisi pertanyaan sekaligus jawaban dan memuat kajian islam tambahan.
Mingguan

Seluruh mahasiswa mulsim dan masyarakat sekitas Deltamas yang berlangganan.
3.
Mading
Sebuah kegiatan dakwah kegiatan tertulis dalam bentuk media cetak seperti artikel islam, poster yang isinya bisa dalam bentuk info islam, ajakan ataupun menyampaikan pesan kebaikan yang bersumber dari Al- Quran dan Sunnah.
Mingguan
·    Menyampaikan pesan kebaikan
·    Mengajak warga kampus untuk selalu bertakwa
·    Memperkaya pengetahuan masyarakat kampus tentang islam.
Seluruh mahasiswa kampus ITSB.
4.
Tabligh
Kegiatan Talkshow yang menghadirkan pembicara dari luar untuk menyiarkan Islam di ITSB.
Mingguan
Meningkatkan pengetahuan tentang Islam, membina ruhiyah, melembutkan hati, dan membersihkan jiwa.
Mahasiswa muslim ITSB.
5.
Kajian Rutin
Menghadiri kajian islam di masjid At- Tauhid yang diselenggarakan sendiri oleh masjid At-Tauhid
Mingguan
Untuk menambah ilmu pengethuan mengenai islam dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mahasiswa muslim ITSB
6.
Kajian Rutin ITSB
Mengadakan kajian islam di ITSB dengan menghadirkan pembicara dar luar.
Tahunan
Untuk memperdalam ilmu tentang islam serta meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Mahasiswa muslim ITSB
7.
Kajian Akhwat
Menghadirkan kajian islam di ITSB dengan menghadirkan pembicara dari luar.
Mingguan
Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Mahasiswa muslim ITSB
8.
Usaha Mandiri
Mengembangkan dana GAMMUS dengan usaha yang halal dan menyediakan kebutuhan barang oleh GAMMUS.
Mingguan
GAMMUS mandiri secara financial.
Mahasiswa muslim ITSB dan masyarakat umum.
9.
PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
Mengadakan acara di hari besar Islam seperti Muharram dan Idul Adha.
Tahunan
Mengingatkan tentang hari besar Islam seperti Muharram dan Idul Adha.
Mahasiswa muslim ITSB.
10.
BAKSOS
Mengadakan bakti sosial kepada masyarakat dan masjid sekitar Deltamas.
Bulanan
Melatih jiwa sosial mahasiswa muslim ITSB.
Mahasiswa muslim ITSB.
11.
Mabit
Merupakan kegiatan bermalam. Dalam mabit ini akan diisi dengan kegiatan dari sholat berjamaah, mendengar tausiyah, menonton film bertema islam, sholat malam, dan diakhiri dengan sholat subuh berjamaah.
Bulanan
Mendekatkan diri kepada Allah SWT, bermuhasabah diri, membina iman dan meningkatkan ukhuwah atau persaudaraan dari para kader GAMMUS.
Anggota GAMMUS ITSB
12.
Rihlah
Merupakan kegiatan berdarma wisata (tidak sekedar jalan-jalan).
Tahunan
Mensyukuri keajaiban alam yang Allah SWT ciptakan.
Pengurus GAMMUS
13.
Mentoring
Kegiatan rutin mingguan yang bertujuan untuk memberi pemahaman terhadap islam, pembinan, monitoring dan evaluasi bagi kader GAMMUS ITSB.
mingguan
Belajar bertukar pendapat dan berdiskusi bersama seputar agama islam.
Pengurus GAMMUS ITSB
14.
Evaluasi Pementor
Mengevaluasi kinerja pementor perbulan dan sharing tentang kesulitan dalam mentoring.
Bulanan
Untuk mengevaluasi kegiatan pementor.
Pementor
15.
LMP
Merupakan latihan kepemimpinan tingkat awal bagi staff dan DPO GAMMUS untuk menanamkan pengetahuan kepemimpinan dan manajemen yang baik.
Tahunan
Untuk meningkatkan soft skill kader.
Pengurus GAMMUS
16.
LDPI tingkat dasar
Merupakan pelatihan jenjang pertama dalam pembentukan karakter kader GAMMUS dengan fokus pada pembentukan kepribadian islam.
Tahunan
Untuk meningkatkan softskill kader.
Mahasiswa Baru
17.
LDPI tingkat menengah dan lanjut
Merupakan pelatihan jenjang kedua dalam pembentukan karakter kader GAMMUS dengan fokus padapembentukan kepribadian pemimpin.
Tahunan
Untuk meningkatkan soft skill kader.
Pengurus GAMMUS
18.
Tari Saman dan Nasyid
Kegiatan ini ditunjukkan untuk mengembangkan potensi akhwat dan ikhwan pada bidang seni terutama bidang tari dan musik dan juga untuk menampilkan kreasi GAMMUS diacara besar GAMMUS.

·    Untuk menampilkan sisi seni GAMMUS ITSB
·    Untuk meramaikan acara- acara besar GAMMUS
·    Ajang untuk promosi kreasi GAMMUS
Kader akhwat untuk tari
Kader ikhwan untuk nasyid
19.
Kurikulum
Menyusun standar kader dalam setiap jenjang yang ditempuh dan menyusun materi- materi yang sesuai kebutuhan.
Mingguan
·    Menciptakan kader yang profesional yang sesuai dengan bidangnya
·    Menciptakan standar baku kader GAMMUS ITSB
·    Menciptakan kader GAMMUS ITSB yang kuat dan amanah
·    Membuat alur kaderisasi yang sesuai dengan perkembangan dikampus
Anggota dan pengurus GAMMUS
20.
Evaluasi
Mengevaluasi kinerja pengurus GAMMUS ITSB selama satu tahun kepengurusan.
tahunan
·    Mengetahui hal-hal yang perlu dibenahi dalam tubuh organisasi
·    Mampu merevisi kurikulum yang dikondisikan dengan SDM yang ada dikampus ITSB
·    Dapat digunakan sebagai acuan pengurus periode selanjutnya
·    Mengetahui kesalahan dan kelemahan yang terjadi dalam penyusunan kurikulum yang tidak dapat diaplikasikan
Pengurus kerja dan DPO GAMMUS ITSB
21.
Sosialisasi Kurikulum
Mensosialisasikan draft kurikulum dan standar kader keseluruh pengurus GAMMUS ITSB.

·   Mensosialisasikan kurikulum yang berlaku yang berkelakuan dalam kepengurusan GAMMUS ITSB selama satu periode kepengurusan
·   Mengajak keterlibatan pengurus dalam berkontribusi tentang konsep kurikulum yang telah dibuat
·   Mengajak semua kader GAMMUS ITSB dalam menjalankan dan mensukseskan kurikulum yang telah dibuat.
Pengurus kerja dan DPO GAMMUS ITSB
22.
Open Recruitment Staff
Dalam kegiatan ini dilakukan dengan membuka kesempatan bagi anggota GAMMUS ITSB untuk bergabung dalam kepengurusan GAMMUS ITSB.
Tahunan
·    Mencari kader yang berpotensial sesuai dengan bidangnya
·    Di carinya staff untuk mengisi kekosongan dan kebutuhan pada setiap departemen.
Mahasiswa (semester 1 sampai semester 3).
23.
Koordinator Halaqah
Mengkoordinir kegiatan halaqah untuk kader yang memenuhi kriteria (angkatan 2013).
Mingguan
·    Menciptakan komunikasi yang efektif antara Murabbi Halaqah dengan pengurus GAMMUS ITSB.
·    Menyiapkan calon pementor (angkatan 2013) untuk menjadi pementor angkatan 2015 (mahasiswa baru).
Pengurus kerja angkatan 2013 dan DPO
24.
Koordinator Halaqah
Mengkoordinir kegiatan halaqah untuk kader yang memenuhi kriteria (angkatan 2014).
Mingguan
·    Menciptakan komunikasi yang efektif antara Murabbi Halaqah dengan pengurus GAMMUS ITSB
·    Menyiapkan calon pementor (angkatan 2014) untuk menjadi pementor angkatan 2016 (mahasiswa baru)
Pengurus kerja angkatan 2014 dan DPO

 1436/1437 H